Menurut World Energy Investment 2020 yang diumumkan oleh International Energy Agency (IEA) pada 27 Mei 2020, akibat stagnasi kegiatan ekonomi dan sosial akibat penyebaran infeksi covid19, konsumsi energi dunia sektor ini akan mencapai 50% pada 2019. Minyak yang menyumbang 38%, dan listrik yang juga menyumbang 38%, diperkirakan akan sangat terpengaruh.
Artinya, pengeluaran konsumsi minyak global akan turun sebesar $ 1 triliun pada tahun 2020, dan pendapatan sektor tenaga listrik global akan turun sebesar $ 180 miliar karena permintaan yang lebih rendah, harga yang lebih rendah, dan pembayaran yang meningkat.
Akibatnya pada tahun 2020, listrik akan menjadi pengeluaran terbesar di sektor energi dunia, melampaui minyak. Sehingga permintaan global untuk energi tahun 2020 diperkirakan akan turun 6% tahun-ke-tahun, dan sekitar 25% untuk negara-negara yang terkunci seperti Eropa dan India. Emisi CO2 tahunan diperkirakan turun sebesar 8% atau 2.6Gt menjadi 30.6Gt dari 33.2Gt (gigaton) di tahun sebelumnya.
Ini adalah pengurangan emisi CO2 terbesar dibandingkan saat Perang Dunia II dan sejenisnya, yaitu sekitar 6 kali lipat dari guncangan Lehman.
Selain itu, emisi CO2 global per hari telah berkurang hingga 17%. Faktor utamanya adalah "mobilitas yang berkurang". Dari sisi pengurangan emisi CO2 dari sektor transportasi darat dan perkapalan cukup besar, dan pengurangan emisi CO2 dari sektor penerbangan merupakan faktor utama. Dimana banyak penerbangan internasional yang dibatalkan akibat kebijakan negara dalam menerima pengunjung.
Untuk sementara jumlah pengurangan CO oleh covid19 terus meningkat, dan akan memberikan dampak yang baik terhadap masalah perubahan iklim. Bila di masa mendatang kebutuhan listrik sudah kembali normal dan ekonomi secara keseluruhan telah normal, kemungkinan emisi CO2 akan kembali sepeti tahun-tahun sebelumnya, namun dapat juga akan bertahan seperti sekarang jika oang-orang banyak menggunakan perrtemuan dan transaksi secara online. Lebih baiknya kita tetap membatasi emisi CO2 ini.