Tembaga secara garis besar genesanya dapat dibagi
2 (dua) kelompok, yaitu genesa primer dan genesa sekunder.
1. Genesa Primer
Logam tembaga, proses genesanya berada dalam
lingkungan magmatik, yaitu suatu proses yang berhubungan langsung dengan
intrusi magma. Bila magma mengkristal maka terbentuklah batuan beku atau
produk-produk lain. Produk lain itu dapat berupa mineral-mineral yang merupakan
hasil suatu konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor yang terdapat dalam
cairan sisa.
Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke
permukaan bumi melalui rekahan-rekahan (bagian lemah dari batuan) membentuk
terowongan (intrusi). Ketika mendekati permukaan bumii, tekanan magma berkurang
yang menyebabkan bahan volatile terlepas dan temperatur yang turun menyebabkan
bahan non volatile akan terinjeksi ke permukaan lemah dari batuan samping (country rock) sehingga akan terbentuk pegmatite dan hidrotermal.
Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan
plutonik tapi umumnya granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa dan
beberapa muskovit dan biotit.
Endapan hidrotermal merupakan endapan yang terbentuk dari
proses pembentukan endapan pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah
dingin dan encer. Cirri khas endapan hidrotermal adalah urat yang mengandung
sulfida yang terbentuk karena adanya pengisian rekahan (fracture) atau celah pada batuan semula.
rendah, tersebar relatif merata dengan jumlah
cadangan yang besar. Endapan bahan galian ini erat hubungannya dengan intrusi
batuan Complex
Subvolcanic Calcaline yang
bertekstur porfitik. Pada umumnya berkomposisi granodioritik, sebagian
terdeferensiasi ke batuan granitik dan monzonit. Bijih tersebar dalam bentuk
urat-urat sangat halus yang membentuk meshed network sehingga
derajat mineralisasinya merupakan fungsi dari derajat retakan yang terdapat
pada batuan induknya (hosted
rock). Mineralisasi bijih sulfidanya menunjukkan
perkembangan yang sesuai dengan pola ubahan hidrotermal.
Zona pengayaan pada endapan tembaga porfiri:
·
Zona
pelindian.
·
Zona
oksidasi.
·
Zona
pengayaan sekunder.
·
Zona
primer.
Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan
tersebut adalah :
5FeS2 + 14Cu2+ +
14SO42- + 12H2O 7Cu2S + 5Fe2+ +
2H+ + 17SO42-
Sifat susunan mineral bijih endapan tembaga
porfiri adalah:
- Mineral
utama terdiri : pirit, kalkopirit dan bornit.
- Mineral
ikutan terdiri : magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit, kubanit,
kasiterit, kuebnit dan emas.
- Mineral
sekunder terdiri : hematite, kovelit, kalkosit, digenit dan tembaga natif.
Akibat dari pembentukannya yang bersal dari
intrusi hidrotermal maka mineralisasi bijih tembaga porfiri berasosiasi dengan
batuan metamorf kontak seperti kuarsit, marmer dan skarn.
2. Genesa Sekunder
Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses
sekunder terutama akan ditinjau proses ubahan (alteration) yang terjadi pada
mineral-mineral urat (vein). Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah
sekali mengalami perubahan. Mineral yang mengalami oksidasi dan berubah menjadi
mineral sulfida kebanyakan mempunyai sifat larut dalam air. Akhirnya didapatkan
suatu massa yang berongga terdiri dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan
(penudung besi). Sedangkan material logam yang terlarut akan mengendap kembali
pada kedalaman yang lebih besar dan menimbulkan zona pengayaan sekunder.
Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air
tanah berlangsung sirkulasi udara dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida
akan teroksidasi menjadi sulfat-sulfat dan logam-logam dibawa serta dalam
bentuk larutan, kecuali unsur besi. Larutan mengandung logam tidak berpindah
jauh sebelum proses pengendapan berlangsung. Karbon dioksit akan mengendapkan
unsur Cu sebagai malakit dan azurit. Disamping itu akan terbentuk mineral lain
seperti kuprit, gunative, hemimorfit dan angelesit. Sehingga terkonsentrasi
kandungan logam dan kandungan kaya bijih.
Apabila larutan mengandung logam terus bergerak
ke bawah sampai zona air tanah maka akan terjadi suatu proses perubahan dari
proses oksidasi menjadi proses reduksi, karena bahan air tanah pada umumnya
kekurangan oksigen. Dengan demikian terbentuklah suatu zona pengayaan sekunder
yang dikontrol oleh afinitas bermacam logam sulfida.
Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat
terhadap belerang, dimana larutan mengandung tembaga (Cu) akan membentuk
seperti pirit dan kalkopirit yang kemudian menghasilkan sulfida-sulfida
sekunder yang sangat kaya dengan kandungan mineral kovelit dan kalkosit. Dengan
cara seperti ini terbentuk zona pengayaan sekunder yang mengandung konsentrasi
tembaga berkadar tinggi bila dibanding bijih primer.
Eksplorasi tembaga adalah keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineral tembaga yang ada.
Tahap-tahap dalam perencanaan kegiatan eksplorasi secara umum:
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi
pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga
peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil
1:50.000 sampai 1:25.000. Adapun yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi
eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari
survey terdahulu), catatan lama, laporan temuan dan lain-lain, lalu dipilih
daerah yang akan disurvei. Setelah itu, studi faktor-faktor geologi regional
dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk
memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi
dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan
tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah
eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau
gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1:50.000 atau
1:25.000). Tetapi jika belum ada, perlu dilakukan pemetaan topografi lebih
dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat
menguntungkan, karena survei bisa langsung untuk mencari tanda-tanda endapan
yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil contoh dari
singkapan yang penting.
Selain singkapan batuan pembawa bahan galian,
yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan
batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya.
Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat
seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami
seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dan lain-lain. Dengan
demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut
kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model
geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang
pengambilan contoh dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan
paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi
tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur,
teodolit, BTM, dan lain-lain).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi,
model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dan
lain-lain yang dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan
memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai
prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi Detail
Menurut (White, 1997), kegiatan utama dalam tahap
ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti
mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran
kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut
dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan
kesalahan Mineral - Tembaga 6
yang kecil (<20%), sehingga perencanaan
tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai
kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi
(panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air
tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan
kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang.
Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan
peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.
3. Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana
kemajuan tambang, metode penambangan, perencanaan peralatan dan rencana
investasi tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya
produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan
galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak.
Tahap Eksploitasi Menurut Sukandarrumidi (2009), penambangan
dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit), apabila endapan bijih
ditemukan tidak terlalu dalam. Dapat juga dilakukan dengan penambangan dalam
(underground) dengan membuat terowongan atau pengangkutan dengan menggunakan
alat-alat berat.
Khusus untuk tambang tembaga Grasberg dan Batu
Hijau (Indonesia) adalah tipe porfiri. Cebakan tembaga tipe porfiri mempunyai
dimensi besar dan kadar relatif rendah sehingga atas pertimbangan keekonomian,
penambangan hanya dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit
mining). Pengupasan lapisan penutup (overburden) dan penambangan bijih
dilakukan dengan sistem jenjang (benches). Cebakan bijih tembaga yang sangat
tebal memerlukan banyak jenjang, dengan lebar dan tinggi jenjang diupayakan
untuk dapat menahan batuan yang berhamburan saat peledakan, dan menyediakan
ruang gerak yang memadai untuk alat pembongkar (excavator) dan unit pemuat
(haulage).
1. Pengeboran
Pengeboran merupakan tahap awal untuk
menghasilkan lubang siap ledak (blast holes). Lubang siap ledak kemudian
diledakkan dengan menggunakan bahan peledak yang sudah ditentukan di bagian
peledakan (blasting group) untuk menghasilkan material hancur hasil
peledakan (broken muck) yang selanjutnya digali oleh alat gali dan
dimuat oleh alat angkut (dump truck). Tahapan inti dalam proses
pengeboran adalah:
a. Persiapan dan pembersihan lokasi pengeboran
Kegiatan utamanya adalah menyiapkan rencana
lokasi pengeboran yang rata untuk mesin bor, membuat tanggul yang aman untuk
memisahkan posisi mesin bor dari alat lainnya, dan membersihkan batas material
atau lumpur dari sisa peledakan sebelumnya.
Disini ditentukan tanda batas lokasi
pengeboran yang umumnya berbentuk kotak/persegi empat atau berbatasan langsung
dengan hasil peledakan yang sudah dilakukan sebelumnya. Proses persiapan dan
pembersihan lokasi pengeboran dengan menggunakan dozer
Caterpillar seri D10 atau seri D11.
b. Pelaksanaan pengeboran produksi
Pengeboran dilakukan dengan menggunakan mesin
bor. Pola pengeboran bisa menggunakan “pola pengeboran manual” atau “pola
pengeboran dengan sistem Aquila”. Pola pengeboran manual menggunakan
patok-patok kayu sebagai tanda posisi lubang yang harus dibor yang diletakkan
di tanah dan dilengkapi dengan keterangan survey mengenai kedalaman lubang yang
harus dibor. Sementara pengeboran dengan sistem Aquila sudah terpasang pada
semua mesin bor mengandalkan sistem pandu satelit (Global Positioning
System atau GPS) yang terhubung langsung ke antenna mesin bor untuk
memandu operator mengikuti pola dan kedalaman pengeboran.
Setelah proses pengeboran, mesin bor dipindahkan
ke lokasi pengeboran lainnya atau menunggu sampai proses peledakan lubang bor
tersebut selesai. Pemindahan mesin bor untuk jarak lebih dari 500 meter
diangkut dengan alat bantu yang disebut mesinlowboy.
2. Peledakan
Setelah lubang bor dibuat, juru ledak akan
memeriksa setiap lubang bor untuk memastikan kedalaman lubang tersebut sebelum
dilakukan pengisian bahan peledak (explosive). Setelah lubang disetujui,
lubang diisi dengan primer (detonator+booster) dan bahan peledak sesuai dengan
kandungan air di dalamnya.
3. Penggalian
Proses penggalian dilakukan dengan menggunakan
alat gali atau shovel untuk menggali material hasil peledakan atau material
lepas yang berupa bijih atau batuan penutup.
Ada dua jenis shovel yang digunakan dalam operasi
penambangan tambang tembaga: yaitu:
a. Shovel listrik, yaitu alat gali yang
digerakkan dengan tenaga listrik.
b. Shovel hidraulik, yaitu alat gali yang
digerakkan dengan sistem hidraulik.
Ada dua metode proses penggalian, yaitu:
a. Single side loading, yaitu metode penggalian
di mana ketika menerima muatan, truk berada pada satu sisi shovel. Dengan
demikian ketika salah satu truk sedang diberi muatan, truk kedua dalam posisi
antri atau pre-spot. Hidraulik shovel umumnya menggunakan metode single side
loading dan dilakukan di sisi kiri shovel. Shovel listrik dilakukan bila
loading area hanya bisa untuk maneuver satu truk saja.
b. Double side loading, yaitu metode penggalian
di mana ketika menerima muatan, truk berada pada kedua sisi shovel sehingga
ketika salah satu truk sedang diberi muatan, truk kedua berada pada posisi
menerima muatan di sisi lain. Metode ini pada umumnya diterapkan untuk shovel
listrik dengan lebar area loading yang memenuhi syarat dua kali radius putar
truk yang ditugaskan di shovel tersebut.
4. Pengangkutan
Bijih atau batuan penutup yang sudah digali
kemudian diangkut ke dalam alat angkut yang dikenal sebagai truk angkut tambang
(dump truck). Setelah dilakukan pengisian oleh shovel, truk akan menuju
ke tempat pembuangan yang telah ditentukan sesuai dengan materialnya. Jika truk
mengangkut bijih, material yang diangkut akan dibuang ke crusher bijih
atau stockpile bijih. Jika material yang diangkut adalah bahan
penutup, material akan dibuang ke crusher overburden (OHS:Overburden
Handling System) atau ke overburden pump.
5. Penggerusan bijih atau batuan
Saat ini Grasberg ditambang dengan metode tambang
terbuka. Namun karena bukaan yang semakin dalam, sekitar tahun 2015, cara
penambangan akan diubah menjadi tambang bawah tanah. Jika semua terwujud,
tambang bawah tanah Grasberg akan menjadi salah satu yang terbesar.
Pengolahan bijih tembaga melalui beberapa tahap,
yaitu:
A. Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan
pengecilan ukuran bijih kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih
yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak
tertentu. Kemudian udara ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan
gelembung-gelembung udara. Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak
berikatan dengan air akan berikatan dengan minyak dan menempel pada
gelembung-gelembung udara yang kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya
gelembung-gelembung udara yang membawa partikel-partikel logam dan mengapung
ini dipisahkan kemudian dipekatkan.
B. Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya
dipanggang dalam udara terbatas pada suhu dibawah titik lelehnya guna
menghilangkan air yang mungkin masih ada pada saat pemekatan dan belerang yang
hilang sebagai belerang dioksida. Mineral - Tembaga12
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan
ini disebut calcine, yang mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih
mengandung sedikit FeS. Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II)
oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan.
Reaksinya sebagai berikut.
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini
disebut matte dan kemungkinan masih mengandung sedikit
besi(II) sulfide
C. Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian
direduksi dengan cara dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) ―→
2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) ―→ 6Cu(s) +
SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini
disebut blister atau tembaga lepuhansebab mengandung rongga-rongga
yang berisi udara.
D. Elektrolisis
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung
misalnya Ag, Au, dan Pt kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada
elektrolisis tembaga kotor (tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda
digunakan tembaga murni, dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4).
Selama proses elektrolisis berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi
Cu2+ kemudian direduksi di katoda menjadi logam Cu.
Katoda : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq)
+ 2e
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan
katoda (tembaga murni) makin bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang
berupa Ag, Au, dan Pt mengendap sebagai lumpur.
1. Logam
Tembaga, kegunaan:
a. Sebagai campuran untuk membuat perunggu (Cu
90% dan Sn10%) untuk membuat patung, indutri arloji, atau ornamen
b. Sebagai campuran untuk membuat monel (Ni 70%
dan Cu 30%)
c. Sebagai campuran membuat
duralium (Al 96% dan Cu 4%) untuk komponen pesawat
d. Sebagai campuran untuk membuat perhiasan (Cu
45% dan Au 55%)
e. Sebagai campuran untuk membuat kuningan (Cu
70% dan Zn 30%) untuk membuat aksesoris, alat musik, atau ornamen
f. Sebagai campuran membuat kupronikel, (Cu 75%
dan Ni 25%) untuk membuat uang koin logam (contoh logam Amerika) dan
logam-logam senjata mengandung tembaga
g. Alat-alat listrik seperti, kabel istrik,
kumparan dinamo dan komponen berbagai alat elektronik, alnico, pipa, motor
listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri,
kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung
microwave, sakelar, reaktifier transsistor, kawat, pematrian, alat-alat dapur
h. Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan
beberapa bagian kapal
i. Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator
untuk mengoksidasi metanol menjadi metanal.
2. Senyawa
Tembaga, kegunaan:
a. Tembaga (II) Oksida (CuO), sebagai
insektisida, bahan baterai, bahan penyepuh dan bahan pewarna hitam untuk
keramik, bahan gelas, porselen dan rayon
b. Tembaga (II) Sulfat (CuSO4), sebagai antilumut
pada kolam renang dan memberikan warna biru pada air, pengawet kayu, penyepuhan
dan zat aditif dalam radiator
c. Tembaga (II) Klorida (CuCl2), sebagai pewarna
keramik dan gelas, pabrik tinta, untuk menghilangkan kandungan belerang pada
pengolahan minya, dan fotografi serta pengawet kayu dan katali
d. Campuran CuSO4 dan Ca(OH)2, disebut bubur
boderiux banyak digunakan untuk mematikan serangga atau hama tanaman,
pencegah jamur pada sayur dan buah
e. Cu(OH)2 yang larut dalam larutan NH4OH
membentuk ion kompleks cupri tetramin (dikenal sebagai larutan
schweitser), digunakan untuk melarutkan selulosa pada pembuatan rayon
(sutera buatan).
0 comments:
Post a Comment